1.
Pengertian Partisipasi
Partisipasi
diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan
pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk
menyatakan atau menunjukkan peran serta seseorang atau sekelompok orang dalam
aktivitas tertentu.
Partisipasi
terdiri atas,:
Pertama, partisipasi dapat
dipaksakan (forced) dan dapat pula
sukarela (voluntary).
Kedua, partisipasi dapat formal
dan dapat pula informal.
Ketiga, partisipasi bisa bersifat
langsung dan bisa bersifat tidak langsung.
Keempat, partisipasi
pada koperasi dapat berupa partisipasi
kontributif dan dapat pula berupa partisipasi
insentif.
Antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insentif terdapat
hubungan yang sangat erat.
a.
Dalam rangka membiayai pertumbuhan
koperasi, kontribusi keuangan baik yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela maupun yang berasal dari usaha sendiri para anggota
(partisipasi kontribusi keuangan) sangan diperlukan.
b.
Setelah dana yang terkumpul
tersebut digunakan oleh perusahaan koperasi, proses pengambilan keputusan
mengenai penetapan tujuan dan kebijaksaan serta proses pengawasan jalannya
perusahaan koperasi harus melibatkan anggota karena anggota sebagai pemilik
perusahaan koperasi (partisipasi kontribustif anggota dalam pengambilan
keputusan).
c.
Tetapi untuk mendukung
pertumbuhan koperasi, anggota sebagai pelanggan/pemakai harus memanfaatkan
setiap pelayanan yang diberi oleh koperasi ( partisipasi insentif).
2.
Arti Pentingnya Partisipasi
Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung
keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala
aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan
direalisasikan. Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu
memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam organisasi.
Dalam kehidupan koperasi, sukses tidaknya, berkembang tidaknya,
bermanfaat tidaknya, dan maju mundurnya suatu koperasi akan sangat tergantung
sekali pada peran partisipasi aktif dari para anggotanya, dimana Anggota =
Pemilik = Pelanggan (seperti yang tergambar dalam segitiga Tri-Angle
Identity of Cooperative).
3.
Cara Meningkatkan Partisipasi
a.
Meningkatkan
manfaat keanggotaan
·
Menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh anggota.
·
Meningkatkan harga pelayanan pada anggota.
·
Menyediakan barang yang tidak tersedia di pasar bebas, dll.
b.
Meningkatkan
kontributif anggota dalam pengambilan keputusan
·
Menjelaskan tentang maksud, tujuan perencanaan dan keputusan yang
akan dikeluarkan.
·
Meminta tanggapan dan saran tentang perencanaan dan keputusan yang akan
dikeluarkan.
·
Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua anggota dalam usaha
membuat dan mengambil keputusan.
c.
Meningkatkan
partisipasi kontributif keuangan
·
Memperbesar peranan koperasi dalam usaha anggota.
·
Memperbesar rate of return.
·
Membangun dan meningkatkan kepercayaan anggota terhadap manajemen
koperasi.
Ada
berbagai macam cara untuk dapat meningkatkan partisipasi, yang diantaranya
dengan menggunakan materi dan nonmateri.
a.
Menjelaskan
Tentang Maksud Tujuan Perencaan dan Keputusan yang Dikeluarkan
b.
Meminta
Tanggapan dan Saran Tentang perencanaan dan Keputusan yang Akan Dikeluarkan
c.
eminta
Informasi Tentang Segala Sesuatu Dari Semua Komponen Dalam Usaha Membuat
Keputusan dan Mengambil Keputusan
d.
Memberikan
Kesempatan yang Sama Kepada Semua Komponen atau Unsur yang Ada
e.
Meningkatkan
Pendelegasian Wewenang
4.
Rangsangan Partisipasi
Insentif (perangsang) merupakan lawan dari
kontribusi (sumbangan). Berbagai perangsang dan sumbangan itu akan dievaluasi
oleh anggota sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan tujuan (pribadi) yang
dirasakannya sebagai subyektif.
Menurut Hanel (1989) insentif dan kontribusi anggota perseorangan
terhadap koperasi adalah sebagai berikut:
a.
Peningkatan pelayanan yang efisien.
b.
Kontribusi keuangan anggota.
c.
Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan.
5.
Biaya Partisipasi
Biaya Partisipasi adalah biaya yang timbul
sebagai dampak keikutsertaan anggota dalam pengelolaan koperasi. Biaya ini
bukan hanya biaya penyelenggaraan rapat dan biaya perjalanan dalam rangka
partisipasi, tetapi juga biaya oportunitas karena ada partisipasi. Biaya
oportunitas adalah kesempatan melaksanakan proses produksi yang hilang karena
adanya proses partisipasi.
Partisipasi yang paling berhasil adalah yang
efisien (perhitungan selisih antara besar biaya partisipasi dengan manfaat yang
ditimbulkan oleh partisipasi tersebut) dan efektif (tujuan yang hendak dicapai
oleh partisipasi dapat terlaksana dengan baik). Efektifitas dan efisiensi koperasi
pada dasarnya sangat ditentukan oleh ukuran koperasi, struktur keanggotaan dan
fungsi koperasi.
6.
Model Kesesuaian Dalam Partisipasi
Menurut Ropke (1985), kualitas partisipasi
tergantung pada interaksi tiga variabel yaitu:
a.
Para anggota.
b.
Manajemen kperasi.
c.
Program.
Kesesuaian antara anggota dan program adalah
adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dan keluaran program koperasi.
Kesesuaian antara manajemen dan anggota adalah
jika anggota mempunyai kemampuan dan kemauan dalam mengemukakan hasrat
kebutuhannya yang kemudian harus direfleksikan atau diterjemahkan dalam
keputusan manajemen.
Kesesuaian antara program dan manajemen adalah
tugas dari program harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan
dan menyelesaikannya.
Jadi, efektivitas partisipasi koperasi merupakan
fungsi dari tingkat kesesuaian antara anggota, manajemen dan program.
P= F (a,
m, p)
|
Dimana: P = partisipasi
a = anggota
m = manajemen
p = program
Dengan demikian, partisipasi akan efektif bila:
a.
Manajemen mampu melaksanakan tugas dari program yang ditetapkan.
b.
Keputusan program manajemen mencerminkan hasrat permintaan para anggota.
c.
Hasrat permintaan anggota akan tercermin dalam keputusan program
manajemen.
Penggunaan manajemen partisipasi tergantung dari:
a.
Waktu yang tersedia.
b.
Kemauan anggota untuki berpartisipasi.
c.
Sistem imbalan.
d.
Sifat dari pekerjaan.
Penyebab berkurang atau tidak adanya partisipasi
dari sebagian anggota di antaranya:
a.
Pemilik modal paling banyak akan menentukan keputusan program usaha.
b.
Partisipasi tidak lagi sesuai dengan prinsip koperasi (keanggotaan
terbuka dan sukarela) dan prinsip manajemen (demokratis).
c.
Hasil/output program manajemen tidak sesuai dengan kebutuhan dan
permintaan kebanyakan anggota.
d.
Perusahaan koperasi lebih banyak berusaha dengan pihak luar/non-anggota.
Dengan alasan-alasan tersebut, menurut Yuyun
Wirasasmita (1991), untuk memperbaiki partisipasi anggota agar efektif adalah
di antaranya:
a.
Perlunya kebijakan untuk mengurangi kompleksitas organisasi dan manajemen
dengan menerapkan teknologi manajemen tepat guna.
b.
Perlunya bantuan eksternal audit untuk beberapa koperasi yang belum mampu
membayar.
c.
Perlunya mengembangkan sistem audit internal untuk evaluasi sendiri.
d.
Audit eksternal harus meliputi audit tentang pelaksanaan prinsip-prinsip
koperasi, rencana koperasi tentang promosi anggota dan laporan pelaksanaan
serta hasil promosi anggota.
e.
Perlunya desentralisasi dalam koperasi.
Sumber :
Hendar dan
Kusnadi, Ekonomi Koperasi, Jakarta:
Lembaga Penerbit FE-UI,1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar