Minggu, 14 Desember 2014

BAB 6 MANUSIA DAN PENDERITAAN



BAB 6
MANUSIA DAN PENDERITAAN



A.      Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung.  Derita artinya  menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.  Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin.
 Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia.  Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan.  Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.  Suatu peristiwa  yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.  Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan.  Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia.  Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya, sedangkan penderitan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.

B.       Siksaan

Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani.  Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbulah penderitaan.  Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan.  Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.  Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain: claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan.  Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukkan sebelum phobianya akan hilang.
Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan.  Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.

C.      Kekalutan Mental

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental.  Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.  Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
1.  Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
2.  Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bais jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negative.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1.    Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2.    Terjadinya konflik sosial budaya.
3.  Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke arah positif dan negatif.  Positif; Trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajud, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.  Negatif; Trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan  mengalami frustrasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.  Bentuk frustrasi antara lain:
1. Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2.  Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau kekanak-kanakan.
3. Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama atau tetap misalnya dengan membisu.
4.  Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain.
5.   Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya.
6. Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
7. Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.

Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1.    Kota – kota besar
2.    Anak-anak muda usia
3.    Wanita
4.    Orang yang tidak beragama
5.    Orang yang terlalu mengejar materi

Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
1.    Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2.    Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya.  Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif.  Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa,  atau ingin bunuh diri.  Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya.  Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.  Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin  timbul sikap keras atau sikap anti.  Misalnya sifat anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, dan lain-lain.

D.      Penderitaan dan Perjuangan

Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan.  Penderitaan
adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati.  Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali.  Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya.  Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia. Melainkan juga menderita.  Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.  Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup.  Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11  bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dan penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup.  Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka.  Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan.  Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan.  Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain.  Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagian dan kehidupannya dilalui dengan penderitaan dan penuh perjuangan.  Pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta berapa lama mendekam dalam penjara kolonial karena perjuangannya memerdekakan bangsa dan negara.  Demikian juga pemimpin-pemimpin kita yang lain.

E.       Penderitaan, Media Masa dan Seniman

Dalam dunia modem sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar.  Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita.  Penciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik senjata, peluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan manusia.  Hal ini sudah terjadi seperti bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, kebocoran reaktor nuklir di Uni Soviet, kebocoran gas beracun di India.  Penggunaan peluru kendali dalam perang Irak.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang dan lain-lain.  Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, meletusnya gunung galunggung, perang Irak-Iran.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar tv, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia.  Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu.  Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah.
Bantuan-bantuan ini di1akukan secara perseorangan ataupun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat dan tepat kepada masyarakat.  Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati.  Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.  Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul “Arie Hangara”.

F.       Penderitaan dan Sebab-Sebabnya

Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a.    Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.  Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk.  Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik.  Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.  Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhanlah yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.
b.    Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan.
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan/azab Tuhan.  Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam yang dialami manusia.
Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan dalam bentuk ini:
1. Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya.  Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa.  Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata, namun hatinya terang benderang.  Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di Universitas, dan akhirnya memperoleh gelar Doktor di Universitas Di Sorbone Perancis.  Dia adalah Prof. Dr. Thaha Husen, Guru besar Universitas di Kairo Mesir.
2. Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan,  Tetapi dengan sabar ia menerima cobaan itu.  Bertahun-tahun ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan memeliharanya, dan ia dikucilkan.  Berkat kesabaran dan pasrah kepada Tuhan, sembuhlah ia dan tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi.  Di sini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang lama.


G.      Pengaruh Penderitaan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya.  Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif.  Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri.  Sikap mi diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”.  Kelanjutan dan sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dan kehidupan.  Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang kekerasan, dan lain-lain.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.  Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan.  Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai.  Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar